Kamis, 14 Juni 2012

Pantai Sadeng


Pantai Sadeng terletak di desa Songbanyu dan desa Pucung, Kecamatan Girisubo, berjarak sekitar 46 km dari Wonosari. Pantai Sadeng menjadi muara dari sungai Bengawan Solo. Namun, pada 4 tahun yang lau, lempeng Australia menghujam ke bawah Pulau Jawa yang menyebabkan daratan Pulau Jawa perlahan-lahan terangkat. Arus sungai akhirnya tak bisa melawan hingga akhirnya aliran pun berbalik ke utara. Jalur semula akhirnya tinggal jejak yang perlahan mengering karena tak ada lagi air yang mengalirinya. Menurut para peneliti, bikit-bukit kapur yang ada di sekitar pantai awal mulanya adalah karang yang terangkat ke atas. Selain itu, terdapat pula Telaga Suling yaitu lembah yang diyakini dahulu sebagai muara sungai Bengawan Solo Purba.

Pantai Sadeng adalah pantai yang menjadi pelabuhan perikanan di kota Jogja yang paling maju yang sering disebut PPI ( Pangkalan Pendaratan Ikan ) dengan taraf nasional yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan perikanan laut di Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan adanya perahu motor dengan ukuran besra, rumah pondokan, pelelangan ikan, terminal pengisian bahan bakar dan koperasi. Pada tahun 1986 didirikanlah pelelangan ikan yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti marcusuar, kemudian pada tahun 1989 dibangun sebuah koperasi untuk membantu nelayan dan melayani pengunjung jika ingin membeli seperti kantong plastik untuk bungkus ikan yang dibeli. Hingga akhirnya pada tahun 1995, berdiri kantor yang mengurusi tangkapan ikan sekaligus pondokan serupa rumah petak yang dikontrakkan untuk para nelayan.
Para pengunjung bisa menyusuri pantai pada bagian timur dan menuju pada bukit pasri yang berada di dekat marcusuar. Di Sadeng ini para pengunjung bisa melihat pemandangan laut lepas yang sangat indah dan pemandangan karang-karang besar. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat sekelompok nelayan yang mengankut ikan, bersandar ke pelabuhan, membersihkan perahu dan menggiling es untuk distrubusi ikan.
   
Pantai Sadeng menyajikan wisata yang bermanfaat, menyaksikan sebuah prosesi evolusi, sejarah, cara bertahan hidup, semangat, kerja keras dan keramahtamahan, bisa dikenang evolusi dataran rendah jalur aliran Bengawan Solo Purba dari tempat mengalirnya air hingga menjadi ladang palawija yang produktif.



Sumber : www.pantai.org


Tidak ada komentar:

Posting Komentar