Kamis, 14 Juni 2012

Tradisi Lokal

Tradisi Rasulan Di Gunungkidul

Rasulan adalah suatu tradisi yang sudah berlangsung sejak lama bagi masyarakat kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya. Biasanya di tempat lain tradisi ini di sebut dengan tradisi merti dusun atau merti desa. Rasulan diadakan setelah selesai melakukan panen dan merupakan acara yang diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan syukur atas panen yang diberikan oleh Sang Pemberi rejeki. Biasanya kegiatan rasulan ini diselenggarakan per pedukuhan/ dusun dengan waktu pelaksanaan yang berbeda- beda.

Banyak rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka rasulan ini. Biasanya kegiatan ini di mulai dengan kegiatan bersih dusun dengan melakukan kerja bakti di sekitar lingkungan mereka. Acara rasulan ini pun menjadi semakin semarak dengan berbagai pertunjukan yang di adakan seperti reog, jathilan, kethoprak, wayang, dan kegiatan pementasan kesenian yang  lain. 
      Pada puncak acara rasulan ini di adakan semacam kirab mengelilingi dusun. Semua peserta kirab mengenakan aksesoris tradisional a taupun sesuatu yang unik untuk di pertontonkan. Biasanya kostum-kostum yang di kenakan merepresentasikan kehidupan masyarakatnya yaitu seperti kelompok petani yang memakai caping dan cangkul, guru yang memegang buku, siswa- siswi sekolah yang mengenakan seragam sekolah, kelompok seni dengan seragam identitasnya, klub sepak bola dengan seragam bolanya, dan masih banyak lagi. Ada juga kelompok pemuda yang mengenakan seragam tentara dengan meriam tiruan dari bambu sebagai perlambang ketahanan dan keamanan. Selain mengenakan berbagai macam aksesoris dalam kirab rasulan juga di sertakan segala macam hasil panen yang merupakan bentuk syukur masyarakat atas panen yang melimpah, dari pisang, jagung, kacang, padi, dan lain sebagainya.
Pada hari pelaksanaan rasulan itupun setiap keluarga memasak masakan spesial untuk tamu- tamu mereka. Hal ini mirip dengan tradisi lebaran dimana seseorang datang ke tempat kerabatnya kemudian menikmati hidangan spesial yang disediakan tuan rumah. Sungguh sangat terasa suasana kekerabatan ketika ada acara semacam ini.

Sebagai salah satu bentuk kearifan local (local wisdom), ada beberapa nilai positif dari pelaksanaan tradisi rasulan ini. Yang pertama yaitu adanya kesadaran bahwa rejeki yang di terima merupakan Anugerah dari Yang Maha Kuasa yang patut di syukuri. Ini berkaitan dengan inti dari pelaksanaan rasulan itu sendiri yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang telah di berikan oleh Sang Pencipta. Yang kedua yaitu adanya semangat untuk memelihara budaya dan kesenian. Hal ini tercermin dengan adanya acara- acara kesenian seperti kethoprak, reog, jathilan, wayang, dan kegiatan seni lainya dalam setiap pelakasanaan rasulan. Ini merupakan suatu hal yang positif mengingat saat ini kemajuan zaman dan informasi telah dengan cepat mengikis budaya- budaya bangsa yang patut kita lestarikan. Ketiga yaitu sebagai sarana untuk kembali memupuk semangat kekeluargaan antar warga dan juga semangat nasionalitas. Dengan adanya tradisi ini masyarakat terus menjaga kebersamaan baik untuk kegiatan pra rasulan maupun saat pelaksanaan itu sendiri yang tentu saja dapat memupuk kembali semangat kekeluargaan. 


sumber : www.jogjatrip.com


Makanan Khas Gunungkidul

Gunungkidul adalah sebuah daerah yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar wilayah Gunungkidul berupa perbukitan dan pegunungan kapur. Daerah ini kaya akan potensi alam yang indah. Sebagian besar dari potensi alam di Gunungkidul masih sangat alami, karena memang belum terlalu banyak orang yang mengetahui potensi alam Gunungkidul ini sehingga otomatis belom banyak terjamah oleh tangan-tangan manusia.
Tapi kini potensi alam di Gunungkidul sudah mulai dipopulerkan menjadi tempat pariwisata. Di internet dan di tivi pun sudah banyak yang mempopulerkan tempat-tempat pariwisata di Gunungkidul, kemudian dari mulut ke mulut juga sudah banyak dibicarakan.
Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki makanan khas daerahnya. Di Gunungkidul ini selain memiliki tempat-tempat pariwisata yang indah, juga memiliki makanan-makanan khas daerah yang unik. Mungkin untuk di kota besar seperti Jakarta, makanan ini jarang ditemukan, atau bahkan tidak bisa ditemukan sama sekali. Makanan khas dari Gunungkidul misalnya, walang goreng, gatot, sego tiwul, sayur lombok, dan masih banyak lagi.
Berikut info lebih lanjut mengenai makanan walang goreng, gatot, sego tiwul dan sayur lombok.

Walang Goreng



Walang berasal dari bahasa jawa, dalam bahasa Indonesia disebut dengan belalang. Jadi walang goreng artinya adalah belalang goreng. Belalang merupakan serangga herbivora dari sub-ordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Belalang banyak ditemukan di pohon turi dan pohon jati.
Awalnya belalang adalah sebagai hama tanaman bagi para petani. Namun di Gunungkidul, belalang diolah menjadi makanan khas yang kaya gizi. Bahkan belalang kayu mempunyai kandungan protein yang tinggi. Belalang goreng sudah menjadi makanan yang sering dicari oleh para perantau yang berasal dari Gunungkidul saat mereka pulang ke kampung halamannya.
Biasanya para perantau mencari belalang goreng untuk dijadikan oleh-oleh dan untuk dikonsumsi sendiri. Belalang yang telah dimasak bisa tahan sampai satu minggu. Belalang itu sendiri yang belum dimasak tidak sulit untuk menemukannya. Di tempat-tempat tertentu banyak di pinggir jalan dijual belalang yang dijepitkan pada sebilah bambu, tentunya belalang ini masih mentah.
Untuk menemukan belalang yang sudah digoreng atau sudah dimasak dapat mengunjungi pasar atau pusat penjualan oleh-oleh di Gunungkidul.

Gatot Gunungkidul 

Gatot, sebuah makanan ringan atau jajanan khas gunungkidul. Gatot biasa dikonsumsi untuk menemani acara minum teh atau kopi. Sering dihidangkan untuk menjamu tamu yang berkunjung. Dulu, gatot dibuat untuk konsumsi pribadi, namun sekarang sudah menjadi komoditi yang diperjual belikan. Gatot dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional atau pusat oleh-oleh Gunungkidul.
Gatot adalah makanan yang terbuat dari gaplek (ketela/singkong yang dikeringkan) sama dengan tiwul. Ketela yang telah dikupas kemudian dijemur untuk dikeringkan sehingga menjadi gaplek. Namun untuk membuat gatot berkualitas, bukan sembarang gaplek yang dipakai. Para pedagang gatot yang biasanya merangkap sebagai pembuat (produsen) menggunakan gaplek yang (sengaja) dihujan-hujankan. Tujuannya untuk mendapatkan warna hitam khas gatot. “gatot ingkang sekeco ingkang wernan’e ireng” ujar mbah Mijem, salah satu penjual gatot di pasar Playen. Untuk mengantisipasi musim kemarau, maka biasanya pembuat gatot mempunyai stok bahan (gaplek yang kehujanan).
Cara pembuatan gatot sangat sederhana. Gatot yang sudah kering direndam selama 12 jam (semalam). Setelah dicuci bersih, gaplek dipotong kecil-kecil sesuai ukuran gatot, kemudian ditanak/dikukus selama sekitar 2 jam. Setelah masak, gatot ditempatkan di suatu wadah yang lebar biar cepat dingin. Untuk menghidangkan, gatot ditaburi dengan parutan kelapa ditambah sedikit gula dan garam. Perpaduan rasa kenyal gatot bercampur sedikit manis dan asin menambah eksotisme rasa makanan khas Gunungkidul ini.

Tiwul Gunungkidul

Gunungkidul saat itu, dengan kondisi alamnya yang tandus menjadi lahan yang tidak tepat untuk bertanam padi, namun membuat tanaman ketela pohon / ubi kayu tumbuh subur di sana. Oleh karena itu, bagi masyarakat Gunungkidul, ketela adalah makanan pokok pengganti nasi. Dengan kemampuan berinovasi, ketela diolah menjadi makanan yang memiliki rasa mirip dengan nasi. Hanya saja teksturnya lebih kecil dan berbentuk bulat-bulat kecil.
Bagi yang belum pernah mendengar, nama makanan ini terdengar lucu: Tiwul. Terbuat dari tepung gaplek, yaitu ketela yang dikeringkan. Tiwul adalah makanan khas dan sempat menjadi makanan pokok masyarakat Gunungkidul. Makanan yang dahulu sempat diidentikan dengan kemiskinan, sekarang mampu menembus batas gengsi. Tiwul bukan lagi sekedar makanan pengganti nasi, namun sudah menjadi kuliner yang banyak dicari.


Keistimewaan Tiwul ada pada rasanya yang manis dan gurih. Selain itu, di dalam tiwul juga dapat dirasakan aroma gula merah yang berpadu dengan kelapa parut. Bentuknya yang terdiri dari gumpalan butiran-butiran kecil dan sedikit kenyal membuat makanan khas ini nikmat disantap. Sangat pas dihidangkan saat masih hangat, dengan taburan serutan kelapa muda.
Cara mengolah ketela menjadi tiwul cukup sederhana. Pertama-tama, ketela pohon dikupas, kemudian dijemur sampai kering. Ketela kering ini disebut gaplek. Kemudian gaplek tersebut dihaluskan hingga menjadi tepung. Pada jaman dahulu, proses ini dilakukan dengan cara sederhana dan lama. Gaplek ditumbuk menggunakan lumpang batu hingga menjadi tepung. Namun saat ini sudah ada mesin penggilingan khusus, sehingga lebih cepat dan kehalusan tepung lebih seragam. Tepung singkong – atau disebut tepung tapioka – tersebut lalu diberi campuran air dan gula jawa, kemudian diaduk di atas tampah hingga membentuk butiran-butiran kecil, kurang lebih seperti butiran nasi.

Kemudian dilakukan proses yang disebut ditinting. Proses ini seperti mengayaki butiran beras. Butiran-butiran tiwul diletakkan di dalam tampah, kemudian diayak dan dilempar-lempar hingga butiran kasar dan halus menjadi terpisah. Dibutuhkan keahlian khusus untuk melakukan proses ini.
Setelah itu, butiran tiwul halus diletakkan dalam kukusan dari kulit bambu. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah, perlu dibuat lubang di tengah tiwul tersebut yang fungsinya sebagai jalan keluar uap air saat dikukus. Setelah siap, tiwul dikukus selama kurang lebih 30 menit.  Untuk memperoleh rasa yang lebih gurih, tiwul dikukus dengan menggunakan kayu bakar.

Sego Abang Jirak

Sego Abang Jirak adalah makanan Khas daerah yang memiliki gizi yang tinggi. Nilai gizi tersebut diperoleh dari kualitas beras, cara memasak dan penyajiannya. Beras merah tercatat memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibanding dengan beras putih yang dominan karbohidratnya, Selain itu, beras merah dihasilkan dari ladang sawah gogo yang tidak menggunakan produk pupuk kimia maupun pestisida. Oleh karena itu, bagi penggemar masakan organik, sego abang bisa menjadi pilihan utama, Mengkonsumsi sego abang tidak menggemukkan badan, karena tingginya kadar protein yang terkandung.
Sandingan menu yang wajib bagi sego abang adalah sayur lombok ijo. Sayur ini kaya dengan kuah santan dan diracik dari potongan cabai hijau yang dipadukan dengan tempe kedelai. Kuah santan dengan racikan bumbu berupa bawang merah,bawang putih, jahe, dan kemiri ini menghadirkan rasa gurih bercampur pedas. Selain sayur lombok ijo juga tersedia lauk lain untuk pendamping, seperti daging sapi goreng, iso babat goreng, ikan wader goreng dan urap trancam.

Sego abang dan sayur lombok ijo bisa dinikmati wisatawan di desa Jirak, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunungkidul, D.I Yogyakarta. Satu porsi sego abang dijual seharga 2 ribu dan sayur lombok 3 ribu, sementara satu piring daging sapi dihargai 40 ribu, satu piring iso babat 20 ribu dan satu piring ikan wader 15 ribu, sedangkan untuk urap trancam dihargai 2.500. 






Sumber : www.jogjatrip.com

Gua Pindul


       Menyusuri sungai menggunakan perahu karet merupakan hal yang biasa, namun jika sungai itu mengalir di dalam gua tentu saja akan menjadi petualangan yang mengasyikkan sekaligus menegangkan. Gua Pindul salah satu gua yang merupakan rangkaian dari 7 gua dengan aliran sungai bawah tanah yang ada di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, menawarkan sensasi petualangan tersebut. Selama kurang lebih 45-60 menit para pengunjung akan diajak menyusuri sungai di gelapnya perut bumi sepanjang 300 m menggunakan ban pelampung. Petualangan yang memadukan aktivitas body rafting dan caving ini dikenal dengan istilah cave tubing. Peralatan yang dibutuhkan ban pelampung, life vest serta head lamp yang semuanya sudah disediakan oleh pengelola. Aliran sungan yang sangat tenang menjadikanaktivitas ini aman dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Waktu terbaik untuk cave tubing di Gua Pindul adalah pagi hari sekitar  pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Selain karena airnya tidak terlalu dingin, jikacuaca sedang cerah [ada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar matahari yang menerobos maasuk melewati celah besar di atap gua.

     Sambil merasakan dinginnya air sungai yang membelai tubuh di tengah gua, pemandu bercerita tentang asal mula penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercayai oleh masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tidak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencai ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung dan sungai Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang berada di Bejiharjo. Saat masuk salh satu gua mendadak Joko singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul.


       Selain menceritakan tentang legenda Gua Pindul, pemandu pun akan menjelaskan ornamen yang ditemui di sepanjang pengarungan. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Di tengah gua terdapat satu tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat sejenak sehingga wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian. Tak terasa mendadak pengarungan sudah sampai di mulut keluar gua. Bendungan Banyumoto yang dibangun sejak jaman Belanda dengan latar belakang perbukitan karst pun menyambut.
Tarif: Rp. 25.000 (minimal 5 orang).
Fasilitas: Perlengkapan cave tubing, pemandu, kudapan setelah pengarungan.
Jam Buka: Senin - Minggu (pk 08.00 - 16.00 WIB).






sumber : www.yogyes.com

Air Terjun Sri Gethuk

Gunungkidul memang sangat terkenal dengan obyek wisata pantainya, pantai-pantai yang berada di blog ini pun belum tercantum semuanya. Ini hanya pantai-pantai yang sering dikunjungi dan sering diperbincangkan masyarakat. Berikut adalah obyek wisata selanjutnya yang bukan pantai.



      Gunungkidul sering diasumsikan sebagi daerah kering dan tandus ternyata menyimpan keindahan yang begitu indah, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air Terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Wisata ini terletak di desa Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yangbervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan yang belum diaspal. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan lading jati yang rapat. 

Sesampainya di areal pemancingan yang juga sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah berjalan melawan arus Sungai Oya dengan naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan. Nah untuk biaya naiknya jika kita sekali naik Rp 5.000,00 , tapi jika kita naik untuk dua kali jalan ( pulang-pergi ) harus membayar Rp 7.500,00.

Sungai Oya yang terlihat begitu hijau dan tenang yang menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai membuat saya kagum akan tempat wisata ini. Di sepanjang jalan menuju air terjun, pemandu menceritakan asal mula nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrument gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukun Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun. Tak lama kemudian saya sampai di air terjun. Sesampainya disana saya disuguhi pesona alam yang sangat indah sekali dengan gemericik air yang melimpah, jernih dan segar. Air mengalir dari dari ketinggian hingga jatuh ke atas bebatuan kali di bawahnya. Air terjun itu terpecah menjadi tiga bagian yang meluncur sangat deras.

Wisata Air Terjun Sri Gethuk sangat layak dikunjungi sebagi salah satu alternative wisata di Gunungkidul. Untuk ke depannya pengelola obyek wisata juga masih mempunyai rencana untuk mengmbangkannya menjadi wisata rafling, outbond, flying fox dll.



Nah berikut adalah dokumentasi liburan saya ke Air Terjun Sri Gethuk waktu liburan Hari Paskah kemarin.






Pantai Sadeng


Pantai Sadeng terletak di desa Songbanyu dan desa Pucung, Kecamatan Girisubo, berjarak sekitar 46 km dari Wonosari. Pantai Sadeng menjadi muara dari sungai Bengawan Solo. Namun, pada 4 tahun yang lau, lempeng Australia menghujam ke bawah Pulau Jawa yang menyebabkan daratan Pulau Jawa perlahan-lahan terangkat. Arus sungai akhirnya tak bisa melawan hingga akhirnya aliran pun berbalik ke utara. Jalur semula akhirnya tinggal jejak yang perlahan mengering karena tak ada lagi air yang mengalirinya. Menurut para peneliti, bikit-bukit kapur yang ada di sekitar pantai awal mulanya adalah karang yang terangkat ke atas. Selain itu, terdapat pula Telaga Suling yaitu lembah yang diyakini dahulu sebagai muara sungai Bengawan Solo Purba.

Pantai Sadeng adalah pantai yang menjadi pelabuhan perikanan di kota Jogja yang paling maju yang sering disebut PPI ( Pangkalan Pendaratan Ikan ) dengan taraf nasional yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan perikanan laut di Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan adanya perahu motor dengan ukuran besra, rumah pondokan, pelelangan ikan, terminal pengisian bahan bakar dan koperasi. Pada tahun 1986 didirikanlah pelelangan ikan yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti marcusuar, kemudian pada tahun 1989 dibangun sebuah koperasi untuk membantu nelayan dan melayani pengunjung jika ingin membeli seperti kantong plastik untuk bungkus ikan yang dibeli. Hingga akhirnya pada tahun 1995, berdiri kantor yang mengurusi tangkapan ikan sekaligus pondokan serupa rumah petak yang dikontrakkan untuk para nelayan.
Para pengunjung bisa menyusuri pantai pada bagian timur dan menuju pada bukit pasri yang berada di dekat marcusuar. Di Sadeng ini para pengunjung bisa melihat pemandangan laut lepas yang sangat indah dan pemandangan karang-karang besar. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat sekelompok nelayan yang mengankut ikan, bersandar ke pelabuhan, membersihkan perahu dan menggiling es untuk distrubusi ikan.
   
Pantai Sadeng menyajikan wisata yang bermanfaat, menyaksikan sebuah prosesi evolusi, sejarah, cara bertahan hidup, semangat, kerja keras dan keramahtamahan, bisa dikenang evolusi dataran rendah jalur aliran Bengawan Solo Purba dari tempat mengalirnya air hingga menjadi ladang palawija yang produktif.



Sumber : www.pantai.org


Pantai Wediombo


     Pantai Wediombo berasal dari bahasa jawa yaitu wedi : pasir dan ombo : luas sehingga berarti pasir yang luas. Pantai Wediombo terletak di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Pantai Wediombo merupakan pantai yang berbentuk teluk dengan dinding perbukitan yang berwarna hijau subur dan landai. Ini dapat dilihat secara terbuka baik dari atas perbukitan maupun dari pesisir pantai. Selain itu, pantai ini juga menghadap ke barat sehingga jika kita main kesana sore hari dapat melihat sunset yang indah. Pantai Wediombo ini memiliki hamparan pasir putih yang membentang luas dan memiliki gugusan karang dengan bentuk yang unik-unik. Batu karang yangmenjorok ke laut tersebut biasa digunakan oleh para pemancing untuk mengail ikan.

    Udara di Pantai Wediombo sendiri sangat sejuk sehingga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit asma. Bagi pengunjung yang mempunyai hobi memancing pun juga bisa memancing di pantai ini karena pada saat-saat tertentu banyak muncul ikan panjo di sepanjang pantai. Di Pantai Wediombo juga bisa digunkan untuk kegiatan hiking. Selain itu, juga bisa untuk berkemah karena lingkungan sekitar yang tenang dan sangat mendukung.
Berbeda dengan pantai-pantai yang lain yang biasanya panas menyengat, di Pantai Wediombo hal tersebut tidak akan terjadi. Hal ini dikarenakan di sekitar pantai terdapat banyak pohon yang sangat rindang. Pohon-pohon di sekitar pantai ini biasa digunakan sebagai tempat berteduh bagi para wisatawan setelah lelah bermain dengan pasir maupun ombak.

Setiap satu sekali di Pantai Wediombo selalu digelar adat budaya ngalangi yaitu upacara prosesi menangkap ikan dengan cara menggunakan gawar yang terbuat dari akar pohon wawar yang menjalar sebagai jarring yang dipancangkan dari bukit Kedungdowok dan dihalau bersama-sama ke laut oleh masyarakat setempat.



Berikut saya sajikan video tentang Pantai Wediombo.

 

Pantai Siung



Untuk pantai selanjutnya kita akan perkenalkan Pantai Siung. Pantai Siung terletak di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul. Pantai ini sudah tidak segaris dengan Pantai Baron, Kukup, Krakal, dkk karena letaknya sudah agak jauh dari pantai-pantai tersebut. Untuk mencapai pantai ini banyak tantangan yang perlu kita lalui, mulai dari tanjakan, tikungan tajam yang kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat melalui jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang palawija. Rasa lelah selama menempuh perjalanan yang agak jauh, terobati dengan menikmati birunya ait laut dan pasir putih yang masih terjaga kebersihannya.

Pantai Siung mempunyai pasir putih yang terhampar. Terdapat batas yang jelas antara pasir putih dengan area pantai yang terndam air laut, yang berupa batuan karang yang di permukaannya ditumbuhi berbagai jenis ganggang (algae). Keindahan berbagai jenis ganggang seperti sia-sia karena Pantai Siung sudah sangat sering dikunjungi para wisatawan, sehingga gaggang-ganggang yang ada di sana kebanyakan terlihat kusam dan berwarna kecoklatan. Disana kita juga bisa menemui berbagai biota laut yang hidup dan bersembunyi di antara batuan karang di sana.



Di sebelah timur Pantai Siung, terdapat bukit yang dapat dinaiki dengan jalan setapak. Dari atas bukit tersebut, kita dapat memandang keindahan Pantai Siung sendiri.
Yang menjadi daya tarik tersendiri dari pantai ini yaitu banyaknya tebing karang yang menjulang mengelilingi pantai ini. Dengan banyaknya pesona tebing karang yang ada, maka panti ini sering disebut sebagai wisata minat khusus panjat tebing. Bahkan di tahun 2005 kemarin, di pantai ini diselenggarakan Asian Climbing Gathering, yang diikutu oleh 80 peserta dari 15 negara di Asia.

Jika pengunjung lapar dan ingin makan tidak perlu khawatir karena di Pantai Siung terdapat beberapa warung makan yang menawarkan beberapa macam menu makanan, diantaranya bakso, mie ayam dan menu makanan berupa ikan laut. Kadang-kadang di sore hari kita juga menemui nelayan yang baru saja pulang dari melaut, sehingga jika kita ingin membeli ikan, kita bisa langsung membeli ikan dari nelayan tersebut.

Nah agar kalian tidak penasaran, berikut ada video tentang Pantai Siung.